Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2014

topeng atau berani malu

Dunia ini kejam, sangat kejam. segala hal yang kamu dapat gak semua semudah membalikkan telapak tangan. semua orang juga tau hal itu. bahkan kata orang kalau mau bertahan di hutan kamu harus bisa jadi makhluk hutan. segitunyakah? atau memang diharuskan untuk begitu? semakin hari perkembangan dunia ini semakin edan, benar-benar edan, bikin orang kliyengan mikir gimana caranya biar tetap hidup di tempat ini. kalau mau hidup brati mau berkorban, kalau berkorban brati brani malu. tapi gak semua orangkan kayak gitu?. gak semua orang berani untuk malu bahkan malupun pasti ada tempat dan batasannya. nah, sekarang kalau kamu kayak gitu kamu mau apa? apa tetap stay cool dengan pendirian kalau kita harus selalu "be your self" atau justru kamu akan memakai peran orang lain biar kamu gak kena seleksi alam yang kejam yang bakal mendepak kamu dari peradaban ini?. semua itu memang pilihan, ada sebab pasti ada akibat. kalau memang harus bertopeng dengan karakter orang lain maka selamanya ka

siapkah kamu ketika Tuhan telah mengabulkan

kita pasti punya harapan kita punya impian dan yakin setiap dari kita pasti melengkapi keinginan kita dengan berdoa dan mengharap kepada Tuhan untuk mengabulkan setiap hari setiap sujud kita selalu berharap pengharapan akan dikabulkan tapi pernahkah kamu berpikir atau minimal merasakan kegundahan ketika doamu telah terkabul apakah kamu siap? apakah kamu yakin bisa dengan harapan yang telah dikabulkan oleh Tuhan? apakah kamu tiba-tiba merasa ragu dan takut gagal dengan harapan yang selalu kamu doakan dalam sujud mu itu? iya atau tidak? untuk saya, saya sedang merasakan itu, saya sedang diberi cobaan itu. kemarin saya sangat ambisius, sangat berharap besar dengan apa yang saya impikan sayapun juga selalu berdoa kepada Tuhan agar terkabul, dan yang terjadi... kini harapan saya satu langkah akan tercapai, tinggal satu langkah lagi tapi beribu langkah membuat saya takut akan segala hal buruknya. ooh saya salah, saya labil, iya. beginilah keadaannya, memang harusnya saya tidak